Jumat, 16 Maret 2012

WAWANCARA

Pengertian wawancara


Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian atau penerimaan pegawai.
Dalam pengertian jurnalistik, wawancara adalah suatu percakapan terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara tatap mula dimana seseorang mendapat informasi dari orang lain. Pengertian lain wawancara adalah merupakan suatu hubungan antar manusia dimana kedua pihak bersikap sama derajat selama pertemuan-pertemuan berlangsung.

Wawancara berita (news interview) adalah kegiatan tanya-jawab yang dilakukan reporter atau wartawan dengan nara sumber untuk memperoleh informasi menarik dan penting yang diinginkan.

Wawancara merupakan metode pencarian berita yang baik dan sangat penting bagi wartawan. Melalui metode ini lebih banyak informasi dapat digali. Wawancara memiliki keluwesan karena informasi yang diperoleh cenderung dianggap “sah” dan tidak diragukan kebenarannya sejauh menyebutkan atribusi dan nama sumbernya.

Wawancara adalah kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara mendetail dan mendalam; memancing dengan pernyataan maupun mengkonfirmasi suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang narasumber atau peristiwa maupun isu tertentu.


Wawancara dapat disamakan dengan obrolan. Namun ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal yang membedakan tersebut adalah tujuannya, hubungan antara narasumber dan pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya. Untuk dapat mempersiapkan dan melaksanakan wawancara dengan baik serta sesuai dengan tujuannya; kita perlu mengetahui jenis-jenis wawancara untuk berita, wawancara untuk features, dan orang terkenal, serta wawancara biografi.

Dalam situasi tertentu akan mendesak wawancara dapat dilkakukan dengan cara melalui telepon secara tertulis, atau wawancara secara serempak, dalam bentuk kelompok diskusi. Suatu wawancara dapat berlangsung dengan baik bila dipersiapkan dengan baik. Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam wawancara adalah mempersiapkan diri dengan informasi yang berkaitan dengan permasalahan atau orang yang akan diwawancarai, mengkonfirmasi tentang tujuan wawancara dan jenis informasi yang harus diperoleh. Mempersiapkan mental untuk menghadapi situasi dan karakter narasumber, membaca berita terakhir dan memprediksi ke mana arah itu berkembang, merancang pertanyaan sebagai panduan wawancara, serta membuat janji wawancara dengan narasumber


TUJUAN WAWANCARA

Untuk Apa wawncara? Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu kita harus tahu benar untuk apa wawancara dilakukan. Di Media, wawancara biasanya digunakan untuk 2 hal:

1. Sebagai cara mengumpulkan bahan untuk membuat berita.

2. Sebagai berita wawancara. Dua model ini punya karakteristik sendiri-sendiri.

Orang yang mewawancarai dinamakan pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai dinamakan pemberi wawancara (interviewee) atau disebut juga responden. Seperti percakapan biasa, wawancara adalah pertukaran informasi, opini, atau pengalaman dari satu orang ke orang lain. Dalam sebuah percakapan, pengendalian terhadap alur diskusi itu bolak-balik beralih dari satu orang ke orang yang lain. Meskipun demikian, jelas bahwa dalam suatu wawancara si pewawancara adalah yang menyebabkan terjadinya diskusi tersebut dan menentukan arah dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.


Tujuan wartawan melakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi. Namun informasi macam apa yang ingin digali, bisa dirinci sebagai berikut:

Untuk memperoleh fakta. Guna memperoleh fakta yang penting dari suatu wawancara, reporter harus menemukan sumber yang kredibel dan bisa dipercaya, dengan informasi akurat.

Perbedaan penting antara wawancara dengan percakapan biasa adalah wawancara bertujuan pasti: menggali permasalahan yang ingin diketahui untuk disampaikan kepada khalayak pembaca (media cetak), pendengar (radio), atau pemirsa (televisi). Namun berbeda dengan penyidik perkara atau interogator, wartawan tidak memaksa tetapi membujuk orang agar bersedia memberikan keterangan yang diperlukan.

Dalam proses wawancara, si pewawancara atau wartawan bersangkutan benar-benar harus meredam egonya, dan pada saat yang sama harus melakukan pengendalian tersembunyi. Pernahkah Anda melihat dalam suatu acara talkshow di televisi, di mana si pewawancara malah bicara lebih banyak dan seolah-olah ingin kelihatan lebih pintar dari pada orang yang diwawancarai? Ini adalah contoh yang menunjukkan, si pewawancara gagal meredam egonya dan dengan demikian memperkecil peluang bagi orang yang diwawancarai untuk mengungkapkan lebih banyak.

Persyaratan wawancara berita, yaitu mempunyai tujuan yang jelas, efisien, menyenangkan, mengandalkan persiapan dan riset awal, melibatkan khalayak, menimbulkan spontanitas, pewawancara sebagai pengendali, dan mengembangkan logika.


SEPULUH TUJUAN WAWANCARA

Tujuan Uraian Contoh Mendapatkan informasi Pewawancara mengumpulkan fakta, pendapat, atau sikap dari responden

  • Petugas sensus mengumpulkan data.
  • Perusahaan mengadakan survey produk pada konsumen. Memberi informasi Pewawancara menyajikan fakta, pendapat atau sikap kepada responden, sering sebagai bentuk perintah.
  • Dokter menjelaskan kepada pasien bagaimana melakukan diet seimbang.
  • Sales perawatan rambut menjelaskan produknya kepada konsumen mengenai bagaimana merawat rambut yang baik. Membujuk Pewawancara mencoba mempengaruhi sikap responden dan akhirnya perilakunya.
  • Mahasiswa mencoba meyakinkan dosen untuk memberikan ujian perbaikan.
  • Sales mencoba menyakinkan konsumen untuk memakai dan membeli produknya. Memecahkan Pewawancara dan responden mencoba mengidentifikasi sebab-sebab suatu masalah dan bersama-sama mencari pemecahannya Orang tua dan guru membahas kesulitan membaca pada anak. Konsultasi Responden meminta nasehat dari pewawancara mengenai masalah pribadi berkaitan erat dengan wawancara pemecahan masalah. Klien memohon nasehat hukum dari pengacara. Mencari kerja Pewawancara dan responden bertukar informasi untuk membuat keputusan Perusahaan mengadakan acara di kampus untuk recruitment calon pegawai yang bisa diikuti oleh para mahasiwa senior. Menerima keluhan Pewawancara mencoba meminimalkan ketidak puasan responden Manajer toko berbicara dengan pelanggan mengenai barang yang rusak. Meninjau kinerja Pewawancara menawarkan umpan balik mengenai kinerja responden dan membantu menetapkan tujuan yang dapat dicapai menjelang wawancara penilaian berikutnya.
  • Pemimpin redaksi surat kabar memberi penilaian periodik kepada setiap editor.
  • Kepala Perpustakaan memberi penilaian periodik kepada kepala bagian atau koordinator bagian. Memperbaiki atau memperingatkan pewawancara dan responden, biasanya sebagai atasan dan bawahan, membahas kebutuhan responden untuk memperbaiki kinerja [biasanya paling efektif bila ditangani secara informal dengan niat membantu dari pada mengkritik] Penyelia pemeliharaan pesawat terbang berdiskusi dengan ahli mesin mengenai kecakapan teknik yang harus diperbaiki. Mengukur stres pewawancara menentukkan bagaimana responden berperilaku di bawah tekanan pewawancara mengumpulkan informasi dari responden yang tidak mau memberitahukannya Direktur kepegawaian perusahaan besar memilih seorang eksekutif top.


FUNGSI WAWANCARA

Pewawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi, mempengaruhi sikap orang-orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku mereka. Sebuah wawancara penilaian [appraisal interview], misalnya, sering menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap moral pegawai. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden. Terlepas dari bentuk wawancara yang Anda harapkan,

Freund [1992] menawarkan nasehat praktis wawancara yang mengandung empat langkah :

1. Apa yang kita inginkan?

2. Dimana kita mulai?

3. Kapan kita bergerak?

4. Bagaimana kita mengakhiri?


NARASUMBER ATAU FIGUR UNTUN DIWAWANCARAI

Orang menjadi bagian dari berita, dan perlu diwawancarai, karena beberapa alasan. Alasan itu antara lain:

Pekerjaan mereka penting. Pejabat negara, direktur utama perusahaan swasta, komandan militer, pemimpin organisasi massa, pemimpin organisasi profesi, bahkan tokoh kejahatan terorganisasi semacam mafia, diakui karena posisi yang mereka miliki. Jabatan pekerjaan mereka menjadikannya juru bicara bagi profesinya dan untuk isu-isu yang mempengaruhi kepentingan mereka.

Mereka mencapai prestasi yang penting. Kalangan selebritis, seniman, bintang film, pemusik, dan atlet profesional menjadi terkenal karena prestasi yang telah mereka ukir di bidang masing-masing. Masyarakat menikmati karya mereka, serta membayar dan menghargai mereka untuk apa yang sudah mereka lakukan.

Mereka dituduh melakukan kejahatan yang penting. Seorang gelandangan yang mengaku melakukan praktek sodomi dan pembunuhan terhadap sejumlah anak kecil mendapat perhatian publik, bukan karena profesi atau jabatannya, tetapi karena perbuatannya yang mengerikan. Hal serupa berlaku untuk seorang perampok yang membunuh satu keluarga dalam suatu aksi perampokannya.

Mereka mengetahui sesuatu atau seseorang yang penting. Seorang sekretaris, yang kebetulan menyimpan memo yang kemudian menjadi bukti penting dalam suatu kasus korupsi yang menjebloskan seorang gubernur ke penjara untuk waktu tertentu menjadi berita. Sekretaris Presiden Bill Clinton pernah jadi sumber berita, karena dianggap menjadi saksi kunci yang mengetahui perselingkuhan Clinton dengan seorang gadis pekerja magang di Gedung Putih yang menghebohkan itu. Teman-teman seorang bintang film atau teman lama seorang presiden sering menjadi sumber berita karena kedekatan pertemanannya dengan bintang film atau presiden tersebut.

Mereka menyaksikan sesuatu yang penting terjadi. Saksi-saksi suatu peristiwa kejahatan atau peristiwa publik yang penting dapat memberikan informasi tentang kesaksiannya itu, sehingga wartawan dapat menjelaskan suatu peristiwa secara rinci. Sesuatu yang penting telah menimpa mereka. Korban perampokan dan pencurian, korban yang selamat dari sebuah pesawat yang jatuh, atau orang yang tiba-tiba memenangkan lotere berhadiah besar, akan menarik dijadikan berita karena tragedi atau kegembiraan mendadak yang muncul dari peristiwa tersebut. Orang yang memperoleh penghargaan seperti Tokoh Pejuang Lingkungan atau Tokoh Pembela Hak Asasi Manusia Tahun 2000 layak menjadi berita karena alasan yang sama.

Mereka mewakili sebuah kecenderungan nasional yang penting. Penumpang yang terperangkap di bandar udara karena ada pemogokan massal oleh karyawan bandar udara, pasangan muda yang tak mampu membeli rumah tapi sudah terlanjur punya anak, mahasiswa yang kesulitan membayar biaya kuliah di tengah krisis ekonomi masing-masing orang ini mewakili suatu perubahan sosial dalam komunitas nasional.

Wartawan mungkin ingin mewawancarai mereka karena salah satu atau beberapa alasan sekaligus. Mungkin saja kategori-kategori ini tumpang-tindih. Ketika di mobil artis Desy Ratnasari oleh polisi ditemukan obat terlarang, misalnya, setidaknya dua kategori sudah terpenuhi: Desy sebagai figur selebritis yang sudah mencapai prestasi tertentu di bidang keahliannya, dan tuduhan keterlibatannya dalam kejahatan narkotika. Dengan makin banyaknya kategori yang tercakup, makin banyak informasi dan warna yang bisa dituliskan.



JENIS-JENIS WAWANCARA BERITA
Menurut Floyd G. Arpan dalam Toward Better Communications, berdasarkan bentuknya, wawancara dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu:

1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)

2. Wawancara berita (news interview)

3. Wawancara jalanan (man in the street interview)

4. Wawancara sambil lalu (casual interview)

5. Wawancara telepon (telephone interview)

6. Wawancara tertulis (written interview)

7. Wawancara kelompok (discussion interview)

Jenis-jenis wawancara berita, yaitu wawancara sosok pribadi, wawancara berita, wawancara jalanan, wawancara sambil lalu, wawancara telepon, wawancara tertulis, dan wawancara kelompok.

Hal yang harus diperhatikan selama wawancara, yaitu menjaga suasana, bersikap wajar, memelihara situasi, tangkas dalam menarik kesimpulan, menjaga pokok persoalan, kritis, dan menjaga sopan santun.

Pola wawancara berita, menurut Bruce D. Itule terdapat dua macam pola wawancara. Pertama, Funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti bentuk corong atau cerobong. Pola wawancara seperti ini diawali dengan perbincangan. Kedua, interved funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti cerobong terbalik. Reporter langsung menanyakan hal yang pokok tanpa memulai hal yang umum.

Dalam proses wawancara, si pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh dari orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai dan tidak mengancam, yakni suasana yang kondusif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul di benak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti: Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah terlihat ia bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?

Seorang pewawancara secara sekaligus melakukan berbagai hal: mendengarkan, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Seberapa sukses suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan yang ini secara pas, sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.

Sifat wawancara bermacam-macam, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai. Sifat wawancara bisa sangat bervariasi, dari yang biasa-biasa saja sampai yang antagonistik. Dari yang mempertunjukkan luapan perasaan sampai yang bersifat defensif dan menutup diri.

Jika seorang wartawan mewawancarai seorang pejabat pemerintah tentang keberhasilan salah satu programnya, tentu si wartawan akan mendapat tanggapan yang baik dan panjang-lebar. Namun jika si wartawan mencoba mengungkap praktek korupsi yang diduga dilakukan oleh pejabat bersangkutan, tentu si pejabat akan bersikat defensif bahkan tertutup.

Wartawan yang baik harus mengerti bagaimana cara “memegang” orang yang diwawancarai dan menangani situasi. Wartawan harus bisa merasakan, apa yang harus dilakukan pada momen tertentu ketika berlangsung wawancara kapan ia harus bersikap lembut, kapan harus ngotot atau bersikap keras, kapan harus mendengarkan tanpa komentar, dan kapan harus memancing dengan pertanyaan-pertanyaan tajam.


Beberapa Bentuk Wawancara :

1. News interview atau wawancara berita. Yaitu wawancara untuk bahan berita. Yang ingin diperoleh wartawan dalam wawancara ini bisa jadi sekedar tanggapan atau konfirmasi seorang ilmuwan, pejabat dan sebagainya tentang sesuatu yang berkaitan dengan berita yang akan atau telah ditulis. Berapa catatan untuk News interview:

  • Jangan mengajukan pertanyaan secara umum. Buatlah pertanyaan khusus, terarah yang bersifat “menggali” untuk menghindari kesalahpahaman dan mendapatkan jawaban yang khusus, terinci langsung ke inti masalah.
  • Wartawan pewawancara jangan terlalu banyak bicara. Berbicaralah sekedar menjaga suasana pembicaraan jangan menjadi kaku. Atau untuk menghindari orang yang diwawancarai keluar fokus pada angle yang diinginkan atau berbicara melebar ke mana mana sehingga waktu terbuang percuma.
  • Wartawan pewawancara juga jangan berbicara di luar angle persoalan yang ditanya kan. Jangan menyertakan perasaan tidak senang yang bisa membuat orang yang diwawancarai tersinggung. Sebaliknya, sering pula terjadi, sumber berita kadang berbicara menyakiti hati, bahkan ada yang menggertak wartawan atau mengalihkan pembicaraan sehingga perhatian wartawan bergser ke soal ain. Jika hal itu terjadi, wartawan harus mampu mengendalikan diri dan berusaha dengan cara baik dan sopan untuk kembali ke pokok pembicaraan.
  • Bersikaplah sopan terhadap orang yang lebih tua. Biasanya orang yang telah lanjut usia, apalagi pernah populer, sering minta dipotret. Kadang, saat dipotret, orang lain juga nimbrung minta difoto bersama. Karena itu layani dengan baik dan upayakan secerdik mungkin sehingga bisa men dapatkan foto diri sang tokoh.

  • Dalam wawancara model ini orang yang diwawancarai kadang tidak memberikan keterangan yang sebenarnya alias palsu. Ini resiko mewawancarai orang yang berksempatan mempersiapkan diri sebelum diwawancarai. Atau sebaliknya, karena tak punya persiapan, tak menguasai atau kurang perhatian dan karena bukan ahli di bidang yang ditanyakan wartawan. Biasanya orang yang sedang “ketakutan”, suka memberikan informasi bohong.

  • Wartawan perlu berhati-hati menganalisa dan menyeleksi informasinya. Biasakan mengecek kembali keterangan yang diberikan sumber itu atau mencari informasi yang sebenarnya sehingga wartawan tidak terjebak menyiarkan informasi bohong.

2. Prepard question interview, wawancara yang pertanyaannya disiapkan terlebih dahulu. Artinya wartawan menyiapkan sejumlah pertanyaan untuk sumbernya. Boleh jadi pertanyaan itu disampaikan langsung oleh wartawan atau ditinggalkan sehingga sumber berita bisa membaca dan menjawab sendiri pertanyaan tersebut. Cara itu disebut wawancara tertulis.

3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon. Lazim digunakan dalam keadaan mendesak. (Pada wawancara via telepon, wartawan tak menangkap suasana orang yang diwawancarai).

4. Personality interview atau wawancara pribadi. Seseorang, misalnya seorang tokoh penting didatangi secara khusus didatangi wartawan untuk mendapatkan pendapat atau informasi tentang sesuatu yang perlu dijelaskan secara panjang lebar.

Untuk wawancara model ini wartawan perlu mempersiapkan gambaran masalah dan butir pertanyaannya. Ini penting, untuk mendapatkan informasi dan pendapat yang diinginkan. Dan, dengan persiapan itu wartawan dapat mengendalikan pembicaraan sehingga tidak menyimpang ke mana-mana.

Disamping itu wartawan juga harus arif membaca gelagat sumbernya sehingga tidak memancing amarah atau sumbernya tiba-tiba menutup diri atau menghentikan pembicaraan.

5. Wawancara dengan banyak orang. Ini adalah wawancara yang dilakukan terhadap banyak orang. Tujuannya untuk mengetahui pendapat umum tentang sesuatu. Bisa jadi tempatnya di jalanan, di pasar atau di tempat umum lainnya. Pertanyaannya mungkin satu dua. Misalnya meminta pendapat orang tentang suatu peristiwa. Resikonya, besar kemungkinan orang yang diwawancarai tidak tahu sama sekali tentang apa yang ditanyakan. Bagi sumber begini wartawan haruslah memberi penjelasan sebelum bertanya.

6. Wawancara dadakan / mendesak.

Wawancara mendadak dilakukan wartawan, misalnya, secara kebetulan bertemu sebuah sumber penting yang dianggap relevan dengan masalah yang sedang berkembang. Entah itu saat pesta atau di rumah sakit dan sebagainya. Persoalan yang ditanyakan boleh jadi teringat seketika. Jika hasil wawancaranya memberikan informasi penting, terbaru, pertama kali atau sesuatu yang kontroversial dan layak siar maka wartawan dapat menulis hasil wawancaranya jadi berita menarik.

7. Group interview yaitu serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya. Wawancara model ini pada untung ruginya. Untungnya wartawan punya kesempatan berwawancara. Ruginya, jawaban atas pertanyaan khusus wartawan sebuah media akan didengar dan mungkin bisa jadi berita oleh wartawan lain.

Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap wartawan. Perilaku, penampilan dan sikap wartawan yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif.

Wawancara yang komunikatif dan hidup ikut ditentukan penguasaan permas-alahan dan informasi seputar materi yang menjadi topik pembicaraan oleh wartawan. Artinya wartawan harus menguasai persoalan yang ia tanyakan.

Kemudian wartawan juga harus mampu membaca kondisi dan situasi psikologis sumber wawancara. Ini penting supaya pembicaraan mengalir dan sumber wawancara bergairah mengemukakan pendapatnya.